Korsel Jadi Negara dengan Kasus Kanker Usus Tertinggi di Dunia, Inikah Pemicunya?

Korea Selatan kini tengah menjadi sorotan dunia medis initogel setelah data terbaru menunjukkan bahwa negeri ginseng tersebut menempati posisi pertama sebagai negara dengan kasus kanker usus (kolorektal) tertinggi di dunia. Fakta ini tentu mengejutkan banyak pihak, mengingat Korea Selatan dikenal sebagai negara maju dengan tingkat kesehatan, fasilitas medis, dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup yang cukup tinggi. Lantas, apa sebenarnya penyebab tingginya angka kanker usus di sana?
Data Global yang Mengkhawatirkan
Berdasarkan laporan dari lembaga kesehatan internasional, angka kejadian kanker usus di Korea Selatan mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global. Studi terbaru memperkirakan bahwa lebih dari 40 per 100.000 penduduk di Korsel terdiagnosis kanker usus setiap tahunnya, dengan kecenderungan meningkat pada kelompok usia muda (di bawah 50 tahun).
Jika pada dekade lalu kanker usus lebih banyak menyerang orang berusia di atas 60 tahun, kini tren di Korea Selatan justru bergeser. Generasi muda mulai banyak terdiagnosis, sehingga para ahli menyebut fenomena ini sebagai “early-onset colorectal cancer”.
baca juga: potret-bibi-lung-awet-muda-dikira-petugas-bandara-pakai-paspor-palsu
Gaya Hidup Modern Sebagai Faktor Utama
Ada beberapa faktor yang diduga kuat menjadi pemicu tingginya angka kanker usus di Korea Selatan, di antaranya:
1. Pola Makan Tinggi Daging Olahan
Masyarakat Korea dikenal gemar mengonsumsi daging, khususnya dalam bentuk barbeque (samgyeopsal, galbi, bulgogi) yang dipanggang dengan suhu tinggi. Selain itu, makanan cepat saji (fast food) juga semakin populer, terutama di kalangan generasi muda.
Konsumsi daging merah dan daging olahan yang berlebihan diketahui meningkatkan risiko kanker usus karena mengandung zat karsinogenik hasil proses pembakaran maupun pengawetan.
2. Kurangnya Serat dari Sayur dan Buah
Meskipun budaya kuliner Korea identik dengan kimchi dan berbagai sayuran fermentasi, nyatanya konsumsi serat di sana masih dianggap rendah. Banyak masyarakat lebih memilih menu berbasis daging, mie instan, atau nasi, dibandingkan dengan buah segar dan sayuran beragam. Padahal, serat berperan penting dalam melancarkan pencernaan dan menurunkan risiko kanker usus.
3. Tingkat Stres dan Gaya Hidup Sedentari
Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat stres kerja tertinggi di dunia. Budaya kerja yang panjang, tekanan akademis yang berat, hingga kurangnya waktu istirahat memicu gaya hidup sedentari (kurang bergerak). Kondisi ini memperburuk metabolisme tubuh, meningkatkan obesitas, serta memperbesar risiko kanker.
4. Konsumsi Alkohol dan Merokok
Data menunjukkan bahwa konsumsi alkohol di Korea Selatan termasuk yang tertinggi di Asia. Tradisi “hoesik” (makan malam kantor dengan minum alkohol) menjadi bagian dari budaya kerja. Selain itu, meski angka perokok menurun, jumlahnya masih signifikan di kalangan pria dewasa. Kedua kebiasaan ini jelas meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker usus.
Faktor Genetik dan Skrining yang Lebih Intensif
Selain faktor gaya hidup, para ahli juga menilai bahwa genetik memiliki peran dalam tingginya angka kanker usus di Korea Selatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Asia Timur lebih rentan terhadap mutasi gen tertentu yang memicu pertumbuhan kanker usus.
Di sisi lain, angka kanker usus di Korsel yang tampak tinggi juga dipengaruhi oleh program skrining (pemeriksaan dini) yang masif. Pemerintah Korea Selatan menyediakan akses skrining kolonoskopi secara rutin bagi warga berusia di atas 40 tahun. Hal ini membuat deteksi kanker lebih sering ditemukan, dibandingkan negara lain yang skriningnya masih terbatas.
Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Meskipun kanker usus menjadi masalah serius, penyakit ini termasuk salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup. Beberapa langkah yang disarankan para ahli meliputi:
-
Mengurangi konsumsi daging merah dan olahan, serta menggantinya dengan ikan, kacang-kacangan, dan protein nabati.
-
Memperbanyak konsumsi serat, terutama dari buah segar, sayuran hijau, dan biji-bijian.
-
Rutin berolahraga minimal 30 menit per hari untuk menjaga metabolisme tubuh.
-
Mengurangi alkohol dan berhenti merokok, karena keduanya terbukti meningkatkan risiko kanker.
-
Melakukan skrining kolonoskopi sejak dini, terutama jika ada riwayat keluarga dengan kanker usus.
Penutup
Kasus kanker usus yang tinggi di Korea Selatan menjadi pengingat bahwa kemajuan ekonomi dan teknologi tidak selalu sejalan dengan kesehatan masyarakat. Pola makan modern, gaya hidup sedentari, serta tekanan sosial yang tinggi menjadi faktor pemicu yang tidak bisa diabaikan.
Bagi negara lain, fenomena ini bisa menjadi pelajaran berharga. Perubahan gaya hidup sehat, kesadaran melakukan pemeriksaan dini, serta pengendalian stres merupakan kunci untuk menurunkan risiko kanker usus di masa depan.
sumber artikel: www.storagehainescity.com